6 Jenis Saham Ala Peter Lynch Beserta Contohnya di Bursa Efek Indonesia



Peter Lynch adalah salah satu fund manager terbaik yang pernah ada. Dengan keuntungan rata-rata 29,2% setiap tahun sepanjang 1977 - 1990, Lynch berhasil mengalahkan keuntungan S&P 500 yang hanya 15,8% pada periode tersebut. Selama masa tersebut, aset management Magellan, tempat Lynch bekerja, tumbuh menjadi USD 14 Miliar dari yang sebulumnya hanya USD 18 Juta. INi berarti aset Magellan tumbuh hampir 1000 kali lipat dalam 13 tahun.

Selama periode tersebut, Lynch mengembangkan berbagai macam pendekatan investasi. Salah satu yang menarik bagi saya adalah 6 kategori saham menurut Peter Lynch. Mau tahu apa saja? Yuk! Simak terus artikel ini:

Slow Grower
Untuk perusahaan yang pertumbuhan kinerja (pendapatan, laba) secara tahunan lebih rendah atau sama dengan pertumbuhan GDP dapat digolongkan sebagai anggota Slow Grower. Ini berarti pertumbuhan rata-rata perusahaan slow grower di Indonesia adalah perusahaan yang pertumbuhan kinerjanya tidak lebih dari 6% selama beberapa tahun terakhir.

Terbatasnya pertumbuhan, karena ukuran perusahaan yang biasanya sudah sangat besar. Pengguna produk atau jasanya sudah menjangkau hampir di seluruh kalangan masyarakat.

Oleh karena terbatasnya pertumbuhan, laba yang dihasilkan perusahaan kemudian disalurkan menjadi dividen kepada pemegang saham. Nilai dividennya pun biasanya biasanya terbilang jumbo.

Oleh karena dividen yang besar, perusahaan ini cocok untuk kamu yang dividen oriented. Cukup beli saham, kemudian tinggal tidur, terima dividen tiap tahun.

Contoh Slow Grower menurut penulis sendiri adalah Unilever ($UNVR) pada rentang waktu hingga 2018. Hampir setiap masyarakat di Indonesia menggunakan produk-produk unilever, mulai dari pasta gigi pepsodent di kamar mandi, kecap bangau di dapur, hingga es krim magnum. Dividend Payout Ratio (DPR) pun seringkali di kisaran 100%, yang berarti lebih besar dari laba perusahaan.

Stalwarts
Stalwarts adalah perusahaan yang pertumbuhannya tidak selambat Slow Grower namun tidak secepat Fast Grower. Perusahaan ini juga cenderung perusahaan besar, namun masih terus dapat bertumbuh karena ekspansi, peningkatan margin, dan lain sebagainya.

Perusahaan ini memiliki keunggulan dapat bertahan pada saat krisis, minimal dapat pulih lebih cepat dibanding perusahaan lainnya. Oleh sebab itu, perusahaan ini sering dijadikan sebagai proteksi saat terjadi resesi atau krisis.

Contoh perusahaan stalwarts menurut penulis adalah $BBCA dimana pertumbuhan laba dari tahun 2015 s.d. 2022 adalah 12,4% per tahun. Pertumbuhan kinerja ini mendapatkan apresiasi oleh pasar dengan pertumbuhan harga saham 18,5% per tahun. Saat covid BBCA turun 39%, namun segera pulih dalam waktu 1 tahun saja.

Fast Grower
Fast grower umumnya terjadi pada perusahaan berukuran kecil, agresif berekspansi. Perusahaan ini cenderung lebih mudah berekspansi karena baru sebagian kecil saja yang menggunakan produknya sehingga masih terdapat banyak ruang bagi perusahaan untuk berkembang.

Oleh karena kebutuhannya untuk berkembang, perusahaan ini cenderung menahan laba yang diperoleh. Laba tersebut kemudian dipergunakan untuk berekspansi seperti mendirikan pabrik baru, membuka cabang baru, dan sebagainya.

Contoh perusahaan Fast Grower: PT Sariguna Primatirta (kode saham: CLEO) berhasil meningkatkan pendapatan perusahaan dari Rp 366 miliar di 2015 menjadi Rp 1.4 triliun di 2022 dan berhasil meningkatkan laba menjadi Rp 196 miliar dibanding 5 miliar sepanjang periode tersebut. Ini berarti CAGR revenue CLEO sebesar 20,6% per tahun dan CAGR laba mencapai 40,8%. Maka tak heran harga saham perusahaan ini terbang menjadi 28 kali (28 bagger) dari sejak harga penawaran IPO. Cuan Soro bro!!!

Ringkasan: Pertumbuhan kinerja (laba) > 30% CAGR, Ukuran perusahaan masih kecil, ekspansif. Cocok bagi pemburu capital gain. Contoh: CLEO dengan 28 bagger.

Cyclical
Perusahaan-perusahaan cyclical memiliki pola kinerja membaik saat demand tinggi atau supply terbatas, namun kinerja memburuk saat supply berlebihan atau demand menurun. Perusahaan-perusahaan komoditas cenderung digolongkan sebagai saham Cyclical. Harga sahamnya cenderung bergerak pada rentang rendah dan tingginya dalam periode tahunan.

Contoh perusahaan cyclical adalah $ITMG. Jika kita perhatikan, harga saham nya cenderung bergerak pada rentang Rp 5.000 s.d. Rp 50.000

Turn Around
Sebagaimana maknanya, saham Turn Around adalah saham dari perusahaan yang kinerja nya kembali pulih setelah masa-masa sulit. Perusahaan ini dulunya pernah berada pada masa keemasannya. Namun seiring waktu perusahaan tersebut berubah menjadi Slow Grower. Oleh karena munculnya kompetitor dan halang rintang lainnya, perusahaan ini kemudian mengalami masa-masa sulit. Kini, masa-masa sulit tersebut akan segera terlewati oleh strategi dan inisiatif baru.

Contoh Saham Turn Around: HM Sampoerna ($HMSP) adalah perusahaan rokok yang sejak 2019 - 2022 mengalami banyak tantangan karena kenaikan cukai rokok yang terbilang agresif. Market share penjualan rokok tergerus menjadi 28% dari sebelumnya di angka 33%, laba turun 54% menjadi Rp 6,3 triliun. Kini dengan inisiatifnya untuk meningkatkan produksi dan penjualan rokok jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT), perusahaan sepertinya cenderung dapat segera memulihkan laba karena kenaikan biaya cukai SKT yang lebih kecil dibanding SKM. Oleh sebab itu, HMSP berpotensi menjadi Tuurd Around company.

Asset Play
Saham Asset Play adalah perusahaan yang memiliki aset-aset tersembunyi. Aset-aset ini dilaporkan dengan valuasi yang lebih rendah dari nilai sebenarnya. Sehingga, di atas kertas perusahaan ini tidak begitu menarik.

Diperlukan kejelian tinggi untuk menemukan perusahaan asset play. Aset-aset yang dimaksud dapat berupa tanah yang belum direvaluasi (seperti perusahaan properti PANI), video konten (industri media/hiburan seperti MNCN, BMTR, SCMA, EMTK), database pelanggan (seperti TLKM, IPTV), logam mulia, surat berharga, HAKI, dan lain sebagainya.

Contoh Asset Play: Mustika Ratu (Kode Saham: MRAT) pada Mei 2022 memperoleh market share saham sebesar Rp 80 miliar. PBV saat itu adalah di kisaran 0,23 dengan harga Rp 186 per lembar saham. Tak lama kemudian muncul berita bahwa MRAT mendivestasi (menjual) sebagian tanahnya dengan harga Rp 199 miliar, lebih dari 2x market cap di bulan Mei. Penjualan ini mendorong market mengapresiasi harga saham $MRAT menjadi Rp 785 per lembar saham, atau naik sebesar 320% dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Kesimpulan
Dalam perjalanan sebuah perusahaan, kategori perusahaan dapat berubah-ubah dari mulai fast grower, menjadi stalwart, menjadi slow grower. Perusahaan slow grower kadangkala memasuki masa senjanya. Oleh sebab itu perusahaan ini perlu menemukan strategi baru untuk menjadi turn around.

Perusahaan yang secara valuasi PBV dan PE ratio terlihat kurang menarik bisa jadi memiliki aset tersembunyi yang jika dijual akan memberi nilai signifikan bagi para pemegang saham. Kesabaran sangat diperlukan untuk berinvestasi di jenis saham ini.

Perusahaan yang naik turun labanya ditentukan oleh naik turunnya supply and demand termasuk ke dalam cyclical. Selain komoditas, perusahaan otomotif, property, pariwisata termasuk ke dalam jenis cyclical.

Peter Lynch menganjurkan setiap saham yang dibeli agar dapat dikategorikan terlebih dahulu. Kategori ini membuatnya dapat menentukan exit strategy. Pada waktu tertentu, suatu saham juga dapat memiliki lebih dari satu kategori. Contoh: INKP saat 2016 Q4 s.d. 2018 Q2 dapat dikategorikan sebagai Turn Around, Cyclical, & Fast Grower. Jika ini terjadi, sepertinya potensi 10x bagger atau lebih dapat terjadi dalam waktu yang lebih cepat, sebagai mana di INKP yang hanya membutuhkan waktu 18 bulan merubah harganya dari Rp 1.000 menjadi Rp 20.000

Yuk! Komen di bawah saham apa lagi yang cocok untuk 6 kategori tersebut. Jangan lupa sebutkan reason nya ya.

Semoga membantu

Disclaimer On: Artikel ini bukan rekomendasi membeli/menjual/hold saham. Segala keputusan membeli/menjual/hold ada di tangan Kamu.
6 Jenis Saham Ala Peter Lynch Beserta Contohnya di Bursa Efek Indonesia  6 Jenis Saham Ala Peter Lynch Beserta Contohnya di Bursa Efek Indonesia Reviewed by Learning, Sharing, Coaching on 1:39 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.